Prinsip Kuat Menjadi Jurnalis
Wartawan, suatu pekerjaan yang mencari dan menyusun berita untuk para masyarakat yang ditampilkan dimedia massa. Wartawan atau biasa disebut jurnalis yang bekerja mencari suatu peristiwa kemudia menulis, menganalisi, dan melaporkan peristiwanya dimedia massa dalam bentuk berita
Lelaki kelahiran Bantul, 7 Juli 1987
bernama Heri Susanto yang memulai pekerjaannya menjadi wartawan pada tahun
2008. Mengawali perkuliahannya jenjang D III advertising dan jurnalistik
di Akademi Komunikasi Yogyakarta. Mengawali pengalaman bekerja saat semester 5,
adanya mata kuliah praktik kerja lapangan (PKL) membuatnya mendapat pengalaman
menjadi salah satu jurnalis dimedia massa Republika. Saat menjadi intern di
Republika mendapatkan seorang mentor yang menggeblengnya selama bekerja di
Republika. Adanya lowongan yang diberikan Jawa Pos Radar Jogja sebagai wartawan
Heri Susanto tertarik dan mencoba mengikuti seleksi, dan syukur diterima pada
tahun 2008.
Mengawali karir sebagai wartawan
desk olahraga yang sesuai dengan passion Heri Susanto saat itu. Menjadi ujung
tombak di lapangan selama 1,5 tahun, di akhir tahun 2009 pindah desk di Kota Jogja.
Menjadi wartawan desk di Kota Jogja mendapatkan pengetahuan, kemampuan,
keberanian, dan digembleng hingga pada tahun 2013 pindah desk di Kabupaten
Kulonprogo. Di Kulonprogo bertugas selama Sembilan bulan yang pada akhirnya kembali
lagi ke desk Provinsi yang bertugas di Kantor Pemda DIY dan DPRD DIY. Selama bertugas
di Provinsi Heri Susanto memiliki pengalaman yang menarik yaitu saat bertugas Heri
Susanto mempengaruhi keputusan pengambil kebijakan dan kesadaran dari pemangku
kepentingan soal Gubernur DIY tidak bisa dijabat oleh anak-anak Sri Sultan
Hamengku Buwono X karena perempuan saat pembahasan Raperdais Pengisian Jabatan
Gubernur dan Wakil Gubernur tahun 2014. Adanya berita di Radar Jogja membuat
Sultan bereaksi dengan gugatan di Mahkamah Konstitusi soal penghapusan biodata
isteri sampai akhirnya masyarakat sadar akan kepentingan dari Raja Keraton,
kejadian tersebut menjadi pengalaman paling menarik selama menjadi wartawan. Selama
menjadi wartawan menurut Heri Susanto tantangannya adalah membuat rotasi atau tour on duty menjadi kenikmatan.
Sampai
pada akhirnya sesuai rencana ada rotasi kembali di Kabupaten Bantul tetapi pada
tahun 2015 kembali ke Kota Jogja. Karena Heri Susanto kembali di lingkungan
lama yang artinya tidak ada tantangan baru menurutnya, membuatnya menjadi lebih
banyak mengikuti dinamika kantor daripada fokus bertugas di desk. Adanya rotasi
pada tahun 2016 Heri Susanto ditempatkan di Divisi Online dan hanya setahun
bertugas di Divisi Online. Pada tahun tersebut Heri Susanto bertugas menjadi
asisten redaktur, yang berlangsung selama satu tahun yang pada tahun berikutnya
di rotasi ke Divisi Iklan karena pada saat iu tempatnya bertugas membutuhkan
pendapatan iklan. Berada di Divisi Iklan sejak 2017 sampai akhir 2020 kemudian
Heri Susanto mengajukan pensiun dini, untuk focus menyelesaikan S2 Psikologi. Pada
April 2020 Heri Susanto Kembali terjun di dunia jurnalistik dan bergabung di
media online detikcom sampai saat ini.
Dalam
menjalani pekerjaan sebagai wartawan selama 14 tahun Heri Susanto memiliki pengalaman
suka maupun duka. Heri Susanto sebagai penikmat tantanga dan menyukai pekerjaan
lapangan, profesi jurnalis menjadi suatu hal yang menyenangkan karena selalu
berhubungan denga banya orang dan berganti suasana setiap harinya.
“Bukan
pekerjaan yang monoton dan hanya bekerja di depan komputer saja” ujarnya.
Menurut
Heri Susanto perkembangan teknologi berpengaruh pada media cetak yang berarti
secara bisnis yang hanya mengandalkan iklan semakin berkurang dan mundur. Hal tersebut
menurut Heri Susanto berpengaruh terhadap idealisme profesi yang melarang wartawan
mencari iklan atau memanfaatkan jaringan dari profesi wartawan untuk mencari
iklan agar terhindar dari conflict of interest. Selain itu tantangan sebagai
jurnalis menurut Heri Susanto terjadi pada awal tahun 2000-an sampai 2014-an
sebelum media sosial begitu masif adalah soal akurasi data dan keterbukaan
informasi kepada publik. Untuk saat ini menurutnya kehadiran media sosial
membuat jurnalis dituntut tidak hanya akurat tapi kecepatan berlomba-lomba
dalam mendapatkan narasumber atau sumber berita untuk diliput.
Heri Susanto menambahkan dengan
menjadi orang yang mudah bergaul karena pekerjaan membuatnya memiliki pemikiran
yang lebih terbuka, memiliki relasi yang luas, pengetahuan yang luas, dan
menjadi tahu bagaimana bersikap ataupun mengetahui cara pandang egaliter dengan
semua orang tanpa terkecuali pejabat.
Dalam
era milenial ini peran jurnalis dituntut harus serba instan terutama dalam era
digital, media elektronik menjadi salah satu sumber untuk mencari berbagai
informasi. Untuk mencari sumber informasi yang valid seorang jurnalis mempunyai
tuntutan tersendiri untuk tidak termakan berita yang belum jelas asal usulnya. Apabila
seorang jurnalis salah mengambil informasi dan menyebarkan kepada masyarakat
awam akan membuat orang berspekulasi negative dan akan mulai menyebarkan yang
menyebabkan berita hoax. Oleh karena itu, seorang jurnalis harus mampu untuk
membedakan situs yang sudah terverifikasi oleh ahli agar berita yang ditulis
menjadi berita yang valid dan memberikan manfaat bagi seorang pembaca. Perlu diingat
bahwa masyarakat mudah termakan berita yang mempunyai judul yang profokatif dan
mempunyai isi berita yang berbeda dengan judulnya. Selain itu keprofesionalan
seorang jurnalis saat berinteraksi dengan narasumber atau pemangku sangat
penting, dengan memberikan pemahaman bahwa kedekatan tak mengurangi profesionaliseme
wartawan.
Menjadi
jurnalis atau wartawan dengan kondisi bisnis media saat ini yang mengalami
kemunduran, seorang jurnalis harus memiliki sumber pendapatan lain tanpa mengorbankan
profesionalisme. Kecuali, jika media atau perusahaan tempat bernaung memamng
mampu memberikan kesejahteraan para karyawannya.
“Saya
sendiri juga memiliki pendapatan di luar profesi saya sebagai wartawan, saya mempunya
coffee shop namanya Oye Coffee Shop.”
Heri Susanto di akhir menambahkan
pesan untuk para pelajar atau mahasiswa yang sedang mendalami ataupun belajar tentang
jurnalistik
“Dengan
mengikuti perkembangan teknologi yang terus meningkat pasti bisa menyesuaikan
kemajuan teknologi, karena saya yakin kaum milenial lebih paham dengan kemajuan
teknologi di era milenial ini.” Imbuh Heri Susanto.
Memiliki prinsip yang kuat dan
menjadi pencetus ide adalah salah satu sifat yang terbentuk jika ingin menjadi
jurnalis. Selain itu, mampu mencari solusi dari suatu masalah untuk membantu
kemasalahan sosial bisa menjadikan jurnalis yang mudah memahami sekitarnya. Menjadi
jurnalis tidak bisa hanya asal mencari pengikut tanpa mempunyai pertimbangan
secara objektif.
Ilma Umi Aulia H / 30072022
.jpeg)



pembaca mudah memahami isi wawancara anda karena narasumber yang tepat dan penulisan yang bagus.
ReplyDelete